Selasa, 17 Januari 2012

Pengajian Pertama: Belajarlah dari salaf al solih


Banyak orang mendambakan kebaikan dalam segala hal terutama dalam masalah beribadah. Tapi sayang banyak orang salah melakukan upayanya untuk mencapai keinginannya. Kesalahan itu bisa terjadi sebelum maupun sesudah mereka mendapatkan ilmunya.
Karena kewajiban seseorang ketika ingin menjadi baik, maka harus banyak berpikir dan mencerna setiap ilmu, petunjuk kebaikan (mauidzah), hikmah dan lainnya. Karena semua itu adalah sumber ilmu dan kemuliaan yang sesungguhnya. Berpikir dan mencerna dengan pengertian luas, berpikir tentang ilmu itu juga tentang diri kita sendiri. Dengan demikian diharapkan kita akan terjadi sinergi antara ilmu dengan perilaku kita terutama dalam menyadari dan mengetahui kekurangan diri sendiri.
Lalu setelah kita mendaptkan ilmu sebgai alat, jangan puas dulu. Karena kita justru memiliki kewajiban baru yaitu mengamalkan ilmu baik untuk sendiri maupun (mengajarkannya) kepada orang lain. Dengan memiliki dan mengamalkan ilmu kita juga belum boleh merasa puas apalagi sukses atau hebat dalam beribadah. Karena jika dibandingkan ilmu dan amal kita dengan para salaf al Saleh seperti jauhnya langit dengan bumi. Karena itulah dalam hal ilmu dan beribadah harus banyak kepada para pendahulu kita.
Dalam hal ini abah banyak mencontohkan beberapa guru dan Kiyai yang muamalahnya perlu dijadikan panutan dalam menambah nilai ibadah kita kepada Allah. Karena orang yang tidak mau belajar dari ulama, maka ibadahnya tidak akan lepas dari dua kemungkinan:
Pertama. Ibadahnya hancur.
Karena tidak pernah mengerti bagaimana ihlas dan hebatnya para ulama dalam beribadah, maka ibadah yang minim itu akan dianggapnya menjadi ibadah yang luar biasa. Dengan perasaan itu, maka hancurlan amal ibadahnya.
Kedua. Menganggap dirinya yang terbaik.
Juga karena tidak pernah mengerti dan tahu tentang betapa istikomah dan mujahadahnya para ulama salaf dalam beribadah, lalu dengan sedikit pengorbanannya banyak orang mengaku menjadi yang paling hebat, seolah belum ada yang bisa beribadah seperti dirinya. Ini juga dapat mengahncurkan ibadahnya.
    **
Kemudian abah menceritakan dan mencontohkan tentang istikomah dan keihlasan banyak kiyai (khususny Benda) dalam beribadah:
    1.KH.Asy’ari Al Hafizd. adalah Kiyai yang istikomah dalam nderes Al qur’an setiap harinya, sehingga mampu menghatamkannya setiap bulan.
    2.KH. Suhaimi juga demikian, selalu menghatamkan Al Qur’an dalam setiap perjalanan, bahkan dalam keadaan sakit sekalipun.
    3.KH. Wahab Hasbullah, disamping istikomah dalam ibadah, juga dermawan
    4.KH. Abdul Jalil, Tambakberas adalah guru yang disiplin waktu mengajar, tidak pernah terlambat dating, bahkan beliau sudah di depan pintu kelas sebelum lonceng berbunyi.
    5.Demikian beberapa contoh kecil dari Kiayi “kampung”, lalu bagaiman jika Ibadah kita bandingkan dengan para salaf al soleh?
Karena itulah kita (para pewaris dan santrinya) tidak boleh puas dengan apa yang telah kita peroleh dan kita lakukan, karena saat ini belum ada yang bisa seperti beliau-beliau. Untuk itu perbanyaklah belajar dari sejarah hidup para ulama dan kiyai, pasti kita akan semakin haus untuk belajar dan beribadah. Semoga bisa?!
al  hikmah 2